I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Behavioristik
merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah
harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior).[1] Pendekatan teori
pembelajaran behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar. Yang
pertama adalah perilaku harus dijelaskan dalam kerangka pengaruh kasual
lingkungan terhadap diri orang tersebut. Yang kedua adalah pemahaman terhadap
manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif, di mana variable
dikontrol secara seksama dalam eksperimen dalam laboratorium.[2]
Aliran behaviorisme
dipelopori oleh John Watson yang nantinya mendapat perhatian dari berbagai
pemikir, salah satunya B. F. Skinner. Skinner diakui oleh banyak orang sebagai
psikolog Amerika kontemporer terbesar, yang mengembangkan prinsip pengkondisian
operan. Penekanannya di sini adalah pada respon yang dikeluarkan oleh organisme
(operan), dan penguatan yang membentuk perilaku. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Kepribadian Menurut Paradigma Behavioral”, dan lebih khusus
dari sudut teori kepribadian Skinner.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
pendekatan psikologi menurut Skinner?
2. Bagaimanakah
tipe tingkah laku menurut Skiner?
3. Bagaimanakah
pengkondisian operan menurut Skinner?
4. Bagaimanakah
reinforcement menurut Skinner?
5. Bagaimanakah
pandangan Skinner mengenai ekstingsi dan hukuman?
6. Bagaimanakah
penerapan gagasan-gagasan penelitian Skinner?
C. Tujuan
1. Untuk
menjelaskan pendekatan psikologi menurut Skinner;
2. Untuk
menjelaskan tipe tingkah laku menurut Skiner;
3. Untuk
menjelaskan pengkondisian operan menurut Skinner;
4. Untuk
menjelaskan reinforcement menurut Skinner;
5. Untuk
menguraikan pandangan Skinner mengenai ekstingsi dan hukuman;
6. Untuk
menguraikan penerapan gagasan-gagasan penelitian Skinner.
II.
PEMBAHASAN
A. Pendekatan
Psikologi Skinner[3]
1. Tentang
otonomi manusia
Skinner
menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen
hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan
sebagainya. Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis seperti itu
bersumber pada pemikiran animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya
“agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi
atau kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan manusia otonom itu
bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status
dan tidak diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah
laku. Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa
itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran
atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh
pemahaman mengenai tingkah laku manusia.
2. Penolakan
atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner
tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan
bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas
penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu
sebagian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak
memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner
beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan.
Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi,
pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi
kepada data yang bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang
dipelajari (dalam psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah
laku).
4. Kepribadian
menurut perspektif behaviorisme
Menurut
Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah
lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan
tempat kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan
yang khas secara bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula
pada individu tersebut. Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan
kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan
konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
B. Tipe
Tingkah Laku[4]
Skinner
membagi tingkah laku ke dalam dua tipe, yaitu responden dan operan. Tingkah
laku responden (respondent behavior) adalah respon atau tingkah laku yang
dibangkitkan atau diransang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini
wujudnya adalah reflex. Contohnya: mata berkedip karena debu, menarik tangan
pada saat terkena sengatan strum listrik. Berkedip dan menarik tangan adalah
respon (reflex), sedangkan debu dan sengatan setrum adalah stimulus.
Tingkah
laku responden ini ternyata dapat juga dibentuk melalui proses conditioning
atau melalui belajar. Tingkah laku ini bergantung pada reinforcement
(penguatan) dan secara langsung merespos
stimulus yang bersifat fisik. Setiap respon diransang oleh stimulus tertentu.
Tingkah laku ini juga tidak memberi dampak apa-apa terhadap lingkungan, seperti
respon air liur anjing terhadap stimulus (bunyi bell) tidak mengubah bell atau
reinforce (makanan) yang mengikutinya. Dalam hal ini Skinner merasa yakin bahwa
tingkah laku responden kurang begitu penting dibandingkan dengan tingkah laku
operan.
Tingkah
laku operan (operant behavior) adalah respon atau tingkah laku yang bersifat
spontan (sukarela) tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah
laku ini ditentukan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya.
C. Pengkondisian
Tingkah Laku Operan (Operant Conditioning)[5]
Teori
yang dikembangkan Skinner dikenal dengan “Operant Conditioning”, yaitu bentuk
belajar yang menekankan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol
oleh konsekuen-konsekuennya. Proses “operant conditioning” dijelaskan oleh
Skinner melalui eksperimennya terhadap tikus, yang dikenal dengan “Skinner
box”.
Ketika
tikus yang di masukkan di dalam peti (box) tidak diberi makan untuk beberapa
waktu lamanya (tikus menjadi lapar), dia bertingkah laku secara spontan dan
acak, dia aktif, mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya.
Tingkah laku ini bersifat sukarela (emitted), tidak diransang (elicited), dalam
arti respon tikus itu tidak diransang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.
Setelah
beberapa lama beraktivitas, tikus secara kebetulan menekan pengungkit yang
terletak pada salah satu sisi peti, yang menyebabkan makanan jatuh ke dalam
kotak. Makanan tersebut menjadi reinforcer (penguat) bagi tingkah laku (respon)
menekan pengungkit. Tikus lebih menekan pengungkit dalam frekuensi yang lebih
sering. Mengapa? Karena tikus menerima lebih banyak makanan. Tingkah laku tikus
sekarang berada di bawah control reinforcement. Kegiatannya sekarang tidak lagi
bersifat spontan atau acak, tetapi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
menekan pengungkit dan kemudian makan.
Berdasarkan
eksperimennya, Skinner berkesimpulan bahwa “operant conditioning” lebih banyak
membentuk tingkah laku manusia daripada “classical conditioning”, karena kebanyakan
respon-respon manusia bersifat disengaja daripada yang reflektif.
Skinner
telah melakukan penelitian sederhana, namun mempunyai pengaruh yang sangat
besar, terutama terhadap pemikiran dalam psikologi, termasuk kepribadian.
Skinner mengemukakan bahwa organisme cenderung mengulangi respon yang diikuti
oleh konsekuen (dampak) yang mengenangkan, dan mereka cenderung tidak mengulang
respon yang berdampak netral atau tidak menyenangkan.
Menurut
Skinner, konsekuen (dampak) yang menyenangkan, netral, dan tidak menyenangkan
melibatkan reinforcement, ekstingsi (extinciont), dan hukuman.
D. Kekuatan
Reinforcement[6]
Menurut
Skinner, reinforcement dapat terjadi dalam dua cara: positif dan negatif. Yang
positif terjadi ketika respon diperkuat (muncul lebih sering), sebab diikuti
oleh kehadiran stimulus yang menyenangkan. Reinforcement positif ini sinonim
dengan “reward” (penghargaan).
Reinforcement
positif memotivasi banyak tingkah laku sehari-hari. Seperti anda belajar keras
karena mendapat nilai yang bagus, atau bekerja ekstra keras karena ingin
memenangkan promosi. Dalam kedua contoh ini, respon terjadi karena
respon-respon mengarahkan pada hasil-hasil positif di masa lalu.
Reinforcement
positif juga mempengaruhi perkembangan kepribadian. Respon-respon diikuti oleh
hasil yang menyenangkan diperkuat dan cenderung menjadi pola kebiasaan bertingkah
laku. Contohnya, seorang anak suka melucu di kelas dan memperoleh apresiasi dan
senyuman dari teman-temannya. Persetujuan sosial (penghargaan dari
teman-temannya) memperkuat siswa tersebut menjadi terbiasa untuk melucu. Jika
tingkah laku tersebut diperkuat secara teratur, maka akan menjadi elemen
kepribadiannya. Bagaimanapun seorang anak akan dapat mengembangkan sifat-sifat
dirinya bergantung pada reinforcement dari orang tua atau orang lain yang
berpengaruh baginya.
Sementara
reinforcement negatif terjadi ketika respon diperkuat (sering dilakukan),
karena diikuti oleh stimulus yang tidak menyenangkan. Reinforcement ini
memainkan peranan dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak
(menghindar). Pada umumnya orang cenderung menghindar dari situasi yang kaku,
atau pribadi yang sulit.
Sifat
kepribadian ini berkembang karena tingkah laku menghindar dapat melepaskan diri
dari kecemasan. Contohnya seorang reporter surat kabar yang mengalami rasa
cemas. Dia mencoba untuk menghindar dari ruang kerjanya, sehingga rasa cemasnya
menurun.
Apabila
tingkah laku menghindar itu terus menerus dilakukan dan berhasil menghilangkan
kecemasan, maka hal itu dapat memberikan dampak yang meluas terhadap aspek
kehidupan lainnya, dan kebiasaaan tersebut akan menjadi aspek kepribadiannya.
E. Ekstingsi
dan Hukuman (Extinction & Punishment)[7]
Dampak
dari Operant conditioning tidak berlangsung lama (bersifat lemah dan bisa
lenyap). Terjadinya ekstingsi dimulai ketika respon-respon yang diperkuat
mengakhiri dampak yang positif. Seperti anak yang suka melucu akan menghentikan
melucunya, apabila dia tidak lagi mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari
teman-temannya.
Beberapa
respon mungkin dapat diperlemah dengan hukuman. Menurut Skinner, hukuman ini
terjadi ketika respon diperlemah (menurun
frekuensinya dan bahkan menghilang), karena diikuti oleh stimulus yang
tidak menyenangkan.
Perbedaan
antara reinforcement negatif dengan hukuman adalah bahwa respon dalam
reinforcement negative mengarah kepada proses menghilangkan sesuatu yang tidak
menyenangkan, sehingga respon tersebut diperkuat; sedangkan respon pada hukuman
mengarah kepada hadirnya sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga respon
diperlemah, atau mungkin kepada konsekuensi (dampak) negatif.
F. Penerapan:
Dunia Sebagai Kotak Skinner[8]
1. Teknologi
tingkah laku
Menurut
Skinner, seluruh masalah utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah
menyangkut tingkah laku manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa
teratasi jika hanya mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru
teknologi tingkah laku. Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia
kita harus melihat faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor
lingkungan.
Skinner
beranggapan bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang
paling menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan
dan kemuliaan”.
2. Kebebasan
Menurut
Skinner manusia dan kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali
lingkungan, melainkan hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk
memperbaiki keadaan manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha
pencarian kebabasan yang sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada
perubahan drastis dari struktur-struktur sosial.
3. Kemuliaan
Konsep
mengenai kemuliaan manusia (human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan
pemeliharaan martabat manusia. Menurut Skinner, penganut konsep tersebut
menentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka
dihambat oleh ilusi mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu.
Oleh karena itu konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita
ingin membangun konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang
bersama konsep kebebasan.
4. Hukuman
Skinner
menentang hukuman tidak hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang
keliru mengenai tingkah laku manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak
efektif. Selain itu, menurut Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah
membuat kehidupan kurang dari hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak
perlu menggunakan hukuman sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif dari Hukuman
Skinner
menyatakan bahwa alternatif-alternatif
lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari
hukuman dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner
antara lain permissiveness, bimbingan dan metode “mengubah pikiran”.
Permissiveness atau kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif
disebabkan kebijakan semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari
pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut
Skinner, memutuskan atau menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung
arti mengklasifikasikan suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek
memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu yang baik adalah sesuatu yang memperkuat
secara positif. Sedangkan sesuatu itu dikatakan buruk apabila memperkuat secara
negatif. Sasaran umum yang dimaksud Skinner dalam hal ini adalah untuk
menciptakan masyarakat yang seimbang. Di mana masing-masing orang diperkuat
atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi
Kebudayaan
Penciptaan
utopia behaviorisme menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan
atau lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan
teknologi tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah
membantu percepatan evolusi kebudayaan.
8. Perancangan
kebudayaan
Skinner
mangajukan gagasan tentang perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme.
Menurut Skinner, kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia
gunakan dalam penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat
keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa,
rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara
kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu menyelamatkan dan
diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang efektif.
9. Penghapusan
konsep manusia otonom
Skinner
menegaskan perlunya penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia
otonom berikut atribut-atribut mentalnya sangan kabur. Menurut Skinner, pada
gilirannya konsep manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan
digantikan oleh konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
kepribadian menurut B.F. Skinner yaitu
Operant Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon
berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung
mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya
hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk
belajar.
Menurut
Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan
(reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas (kemungkinan) bahwa suatu perilaku
akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsu dan Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda.
Koswara. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Pervin, dkk. 2010. Psikologi Kepribadian: Teori & Penelitian. Jakarta:
Kencana
[1]
Syamsyu dan Juntika, Teori Kepribadian (Bandung:
Rosda) hal. 127.
[2]
Pervin dkk, Psikologi Kepribadian: Teori
& Penelitian (Jakarta: Kencana) hal. 357.
[3]
Koswara, Teori-teori Kepribadian (Bandung:
1991) hal. 72-77.
[4]
Syamsyu dan Juntika, Teori Kepribadian (Bandung:
Rosda) hal. 128-129.
[5]
Syamsyu dan Juntika, Teori Kepribadian (Bandung:
Rosda) hal. 129-130.
[6]
Syamsyu dan Juntika, Teori Kepribadian (Bandung:
Rosda) hal. 130-131.
[7]
Syamsyu dan Juntika, Teori Kepribadian (Bandung:
Rosda) hal. 131-132.
[8]
Koswara, Teori-teori Kepribadian (Bandung:
1991) hal. 101-108.
No comments:
Post a Comment