Thursday, December 3, 2015

Hakikat Metode Penelaahan Alkitab

I.      PENDAHULUAN

Hakikat adalah sesuatu yang  mendasar. Dalam KBBI diartikan sebagai intisari atau dasar. Penelaahan berasal dari kata dasar “telaah” yang artinya penyelidikan; kajian; pemeriksaan; penelitian. Jika ditambahkan awalan me-, menjadi menelaah yang berarti mempelajari; menyelidik; mengkaji; memeriksa; menilik. Kata penelaahan sendiri berarti proses, cara, perbuatan menelaah. Jadi, kata penelaahan dapat diartikan sebagai proses/perbuatan/cara mempelajari, menyelidik, mengakaji, memeriksa, menilik.
Hakikat Penelaahan Alkitab adalah aktivitas akademik untuk mengkaji, menyelidiki dasar kebenaran dalam Alkitab yang meliputi :
1.    Apa yang dikatakan tentang Tuhan dalam Alkitab?
2.    Apa yang dikatakan tentang manusia dalam Alkitab?
3.    Apa yang dikatakan tentang sesama dalam Alkitab?
4.    Apa yang dikatakan tentang alam?
5.    Apa yang dianjurkan/yang dilarang?
Minat warga Gereja untuk mempelajari dan memahami Alkitab secara lebih  dalam terlihat dari adanya program seminar-seminar, dan ada program tentang Penelaahan Alkitab setiap minggunya, juga persekutuan persekutuan yang semakin banyak. Begitupula di kalangan dunia pendidikan juga ditekankan mengenai pendidikan Agama Kristen yang didalamnya ada Penelaahan Alkitab mulai dari jenjang sekolah dasar hingga pada perguruan tinggi. Oleh karena itu Kehausan akan pembelajaran akan firman dan kebenaran ini sangat menarik untuk dipelajari pada mata kuliah “ Metode penelaahan Alkitab di Sekolah dan di Jemaat”, dan dalam paper ini akan dibahas tentang Hakekat Penelaahan Alkitab
Untuk penelaahan Alkitab sering kali  dapat di hubungkan dengan pengetahuan untuk mempelajari Alkitab dalam hal ini sering kali dikaitkan dengan menafsir Alkitab. Menafsir Alkitab adalah kegiatan yang biasa kita lakukan setiap hari di dalam hidup kita. Pada saat kita mendengar pernyataan lisan atau membaca pernyataan tertulis dan berusaha untuk memahaminya, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran (eksegesis).
Istilah “eksegesis “ sendiri berasal dari kata Yunani “exegeomai “yang dalam bentuk dasarnya berarti “membawa keluar “ atau “  membaca atau mengali “ arti tulisan -tulisan itu. Dalam mempelajari Alkitab ini sering kali dihubungkan dengan penafsiran (eksegese) Alkitab . Istilah “eksegese”  berasal dari dari kata bendannya sendiri berarti “ tafsiran “ atau “ penjelasan “ (john H.Hayes,1990) jadi pada waktu kita membaca sebuah tulisan atau mendengar suatu pernyataan yang kita coba pahami dan tafsirkan, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran atau eksegesis.
Ada banyak orang berpendapat bahwa Alkitab cukup sederhana, asalkan tidak buta huruf maka bisa membaca  Alkitab namun hanya sedikit yang mempelajari Alkitab. Ada perbedaan besar antara membaca dan mempelajari. Membaca begitu orang dapat memahami berita utamanya. Terkadang orang hanya membaca Alkitab tapi tidak ada kemauan untuk belajar dan menelaah Alkitab. Membaca adalah perbuatan yang dapat kita lakukan dengan santai saja. Tapi belajar memberi kesan kerja keras, serius, rajin.



II.    PEMBAHASAN

A.   Hakikat Penelaahan Alkitab di Sekolah dan Jemaat
  1.    Apa yang dikatakan tentang Tuhan dalam Alkitab?
Sesungguhnya “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa” (Ul. 6:4). Tidak ada Allah selain Dia (Kel. 20:3; Ul 5:7). Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap memeliharanya hingga kesudahan alam (Kej. 1:2; Mzm. 24:1-2; 89:12; 104:1 dst; Kol. 1:16).
Allah menyatakan diri dalam karya penciptaan-Nya dan dalam sejarah umat manusia (Mzm. 19:2-3; Rm. 1:19-20) dan secara khusus dan sempurna dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal (Yoh. 1:18). Oleh pimpinan Roh Kudus kami mengenal dan menyembah Dia sebagai Bapa dalam Yesus Kristus, sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14-15).
Allah berbicara kepada manusia, berulang kali dan dalam pelbagai cara dengan perantaraan nabi-nabi, dan pada zaman akhir ini dengan perantaraan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal (Ibr. 1:1-2). Dalam Yesus Kristus Allah menyatakan diri sebagai Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia dari penghukuman karena dosa, yaitu dengan jalan mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ’Yesus Kristus adalah Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Flp. 2:7-11).
Allah hadir dan bekerja di dalam dunia dan dalam gereja melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukum dosa dan hukum maut (Rm. 8:2; 2 Kor. 3:17). Roh Kudus itu menghidupkan, membarui, membangun, mempersatukan, menguatkan, menertibkan, dan meneguhkan serta memberi kuasa pada gereja untuk menjadi saksi, menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, dan memimpin orang-orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yeh. 37; Kis. 1:8; Ef. 3:16-17; 4:3-4; Rm. 8:1; 1 Kor. 12:7, 12; 14:26, 33; 2 Tim. 1:7; Yoh. 16:8-11, 13). Karena itu kami mengaku dan memuliakan serta menyaksikan Allah yang Maha Esa dan kekal, yaitu Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yes. 43:10; 44:6; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:13; Flp. 4:20; Ibr. 13:8; Why. 4:8). Semuanya itu Allah lakukan, karena Allah itu kasih.[1]
  2.    Apa yang dikatakan tentang manusia dalam Alkitab?
Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya (Kej. 1:26-27). Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan dengan martabat yang sama (Kej. 1:27), dan dikaruniai tugas mandat untuk beranak cucu dan memenuhi bumi serta untuk menguasai, mengusahakan, dan memelihara seluruh ciptaan Allah (Kej. 1:26-28; 2:15). Untuk dapat melaksanakan tugas dan mandat itu, Allah memperlengkapi manusia dengan akal budi dan hikmat serta memahkotainya dengan kemuliaan, hormat, dan kuasa (Mzm. 8:6-7). Manusia diciptakan dalam kesatuan tubuh, jiwa dan roh, sehingga Ia dipanggil untuk memelihara kehidupan secara utuh jasmani dan rohani dalam rangka pemenuhan tanggung jawabnya kepada Allah (Kej. 2:7; 1 Kor. 3:16; 6:17-20; 1 Tes. 5:23; Yak. 2:26). Manusia diciptakan dalam kebebasan, dan dalam kebebasannya itu ia bertanggung jawab kepada Allah (Kej. 2:16-17). Ia juga diciptakan sebagai makhluk yang hidup dalam persekutuan dan wajib mengatur kehidupan bersamanya dalam keluarga dan masyarakat, yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang (Kej. 2:18). Dengan demikian, manusia mempunyai martabat kemanusiaan, yaitu hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi yang tidak boleh diambil oleh siapa pun dan oleh kuasa apa pun.
Manusia telah menyalahgunakan kebebasannya dengan menolak untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti dengan Allah (Kej. 3:5-6, 22). Ia terbujuk oleh iblis dan memberontak melawan Allah (Kej. 3:1-7; 11:1-9), dengan demikian, ia terasing dari Allah, dan serentak dengan itu, ia terasing dari sesamanya, dan dari alam lingkungan hidupnya serta hidup bersusah payah dan menderita (Kej. 3:17-19; 24). Ia dikuasai oleh iblis, dan menjadi hamba dosa (Rm. 6:17-20) dan sebagai upahnya ia menerima maut dan kebinasaan (Rm. 6:23). Ia tidak dapat melepaskan dirinya dari perbudakan dosa dan kebinasaan karena perbuatannya sendiri. ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10). Sebagai akibatnya, manusia tidak mampu melaksana-kan tugas dan mandatnya seperti yang dikehendaki Allah; sebaliknya, ia memutarbalikkan segala sesuatu dan berusaha menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai Allah (Kej. 11:1-9). Segala kecenderungan hati manusia ”membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5). Hidup manusia menjadi tidak berpeng-harapan. Manusia adalah debu dan akan kembali kepada debu (Kej. 3:19b; Pkh. 3:19-21). Kejatuhan manusia ke dalam dosa ini telah menyeret seluruh ciptaan ke dalam kebinasaan, dan kehidupan di atas bumi menjadi rusak.
Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan menurut gambar-Nya. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia, melainkan keselamatannya (Yoh. 3:16; bnd. Kej. 6:8). Oleh karena itu Allah senantiasa memelihara manusia dari sejak semula, juga ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa dan memberontak terhadap-Nya (Kej. 3:21; 4:15; 6:8, 13 dst.; Mat. 20:1-16). Kasih Allah yang agung yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan kebinasaan dan pemulihannya ke dalam hubungan yang benar dengan Allah, menjadi nyata dengan sempurna dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Rm. 3:22-26; 5:15, 17, 21).
Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan menurut gambar-Nya. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia, melainkan keselamatannya (Yoh. 3:16; bnd. Kej. 6:8). Oleh karena itu Allah se¬nantiasa memelihara manusia dari sejak semula, juga ketika manu¬sia telah jatuh ke dalam dosa dan memberontak terhadap-Nya (Kej. 3:21; 4:15; 6:8, 13 dst.; Mat. 20:1-16). Kasih Allah yang agung yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan kebinasaan dan pe¬mulihannya ke dalam hubungan yang benar dengan Allah, menjadi nyata dengan sempurna dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Rm. 3:22-26; 5:15, 17, 21).[2]
  3.    Apa yang dikatakan tentang sesama dalam Alkitab?
Yesus berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:39; Mrk. 12:31; Luk. 10:27). Mengasihisesama manusia jauh lebih utama dari semua korban bakaran dan korban sembelihan (Mrk. 12:33).
  4.    Apa yang dikatakan tentang alam?
Alam semesta, langit, dan bumi serta segenap isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah (Kej. 1-2; Mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 44:24; Yer. 27:5; Kol. 1:16). Segenap ciptaan itu sungguh amat baik (Kej. 1-31), namun semua yang telah diciptakan Allah itu tidak boleh diperilah dan disembah (Kel. 20:3-5; Rm. 1:18-25). Seluruh ciptaan itu ditempatkan Allah dalam keselarasan yang saling menghidupkan, sejalan dengan kasih karunia pemeliharaan-Nya atas ciptaan-Nya (Kej. 1:20-30; 2:15; 19; Mzm. 104:10-18; Yes. 45:7-8).
Allah tidak menginginkan ciptaan-Nya kacau dan saling menghancurkan (Kej. 21-22; 9:8-17), kendatipun dosa telah membawa segenap makhluk kepada kesia-siaan dan membuatnya turut mengerang dan mengeluh menantikan saat penyelamatan (Rm. 8:20-22). Allah telah memberikan mandat khusus kepada manusia untuk turut dalam memelihara dan penguasaan seluruh ciptaan-Nya (Kej. 1:26-28; 2:15). Manusia harus bertanggungjawab dalam memelihara dan mengusaha-kan kelestarian alam ciptaan Allah itu. Perusakan terhadap ciptaan Allah, terhadap alam dan lingkungan sekitar, pada dasarnya adalah perlawanan terhadap Allah yang telah menjadikan segala sesuatu dan yang senantiasa memelihara-nya dalam kasih dan kesetiaan.
Dari permulaan hingga akhir, Tuhan Allah memerintah, memelihara dan menuntun segenap ciptaan-Nya dengan kasih setia dan adil (Mzm. 145:9; 146:6). Dan dengan terus-menerus menentang segala kuasa yang hendak merusakkan ciptaan-Nya. Ia menuntun seluruh ciptaan-Nya menuju kesempurnaan di dalam langit baru dan bumi baru (Yes. 1:10; 51:9-11; 2 Ptr. 3:13; Why. 21:1-5), yang di dalamnya segala ciptaan yang ada di atas dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut dan mengaku: ”Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa” (Flp. 2:10).[3]
  5.    Apa yang dianjurkan/yang dilarang?
Yesus berkata: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah  tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-40). Ini adalah pokok pengajaran Yesus Kristus mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia.
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4). Jadi, hal yang dilarang di dalam Alkitab adalah berbuat dosa.
B.   Penelaahan Alkitab di Jemaat
Penelaahan Alkitab membutuhkan penelitian yang baik bagi jemaat terhadap Alkitab sehingga dan pendekatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Ketika melakukan kegiatan telaah, maka pelaksanaannya harus menggunakan pengetahuan yang rasional, serta pendekatan yang bersifat ilmiah sehingga upaya pengkajian itu benar-benar memiliki nilai keabsahan. Sejatinya, pelaksanaan PA mesti menggunakan referensi-referensi yang handal sebagai sumber informasi yang akurat untuk mengetahui makna yang sesungguhnya dari teks yang dikaji atau ditelaah tersebut.
C.   Penelaahan Alkitab di Sekolah
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak-anak. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran kepada siswa atau murid dibawah pengawasan guru. Penelaahan Alkitab di sekolah adalah supaya pelajar bisa mempelajari suatu penyelidikan sistimatis, cermat, dan teratur dari Firman Allah, dengan pikiran yang waspada dan hati terbuka yang berdoa . PA di Sekolah bermanfaat memerlukan upaya bagi pelajar, Tetapi masih dalam jangkauan guru dengan kecerdasan rata-rata. Untuk memahami seluruh isi Alkitab tidak ada “jalan tol” atau “sim salabim”. Yang ada adalah kombinasi antara bergantung dan berusaha. Bergantung pada Roh Kudus merupakan sikap yang harus ada pada setiap orang yang rindu memahami Alkitab. Sebab Dialah Pengajar Firman yang Sejati. Bagaimanapun besarnya upaya yang kita lakukan jika tanpa pertolongan, yaitu penerangan Roh Kudus hasilnya akan sia-sia. Berusaha sungguh-sungguh untuk rajin dan tekun membaca dan menelaah Alkitab merupakan tindakan yang harus dilakukan. Untuk memahami Alkitab seseorang harus memiliki kerinduan dan pelatihan yang sungguh-sungguh secara disiplin. Dalam mempelajari Alkitab guru harus mampu membuat sebuah strategi agar supaya pelajar bisa memahami Alkitab dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia.
R.C Sproul. 2010. Mengenal Alkitab. Malang : SAAT
Sitompul dan Beyer. 2010. Metode Menafsir Alkitab. Jakarta: BPK
Keputusan Sidang Raya XII PGI Jayapura, 21-30 Oktober 1994. 2002. Lima Dokumen Keesaan Gereja. Jakarta: BPK.
KBBI. Android Version




[1] Lima Dokumen Keesaan Gereja (Jakarta:BPK) hal. 45-46.
[2] Ibid hal. 47-49.
[3] Ibid hal. 46-47.

No comments:

Post a Comment