I.
PENDAHULUAN
Hakikat
adalah sesuatu yang mendasar. Dalam KBBI
diartikan sebagai intisari atau dasar. Penelaahan berasal dari kata dasar
“telaah” yang artinya penyelidikan; kajian; pemeriksaan; penelitian. Jika
ditambahkan awalan me-, menjadi menelaah yang berarti mempelajari; menyelidik;
mengkaji; memeriksa; menilik. Kata penelaahan sendiri berarti proses, cara,
perbuatan menelaah. Jadi, kata penelaahan dapat diartikan sebagai
proses/perbuatan/cara mempelajari, menyelidik, mengakaji, memeriksa, menilik.
Hakikat
Penelaahan Alkitab adalah aktivitas akademik untuk mengkaji, menyelidiki dasar
kebenaran dalam Alkitab yang meliputi :
1. Apa
yang dikatakan tentang Tuhan dalam Alkitab?
2. Apa
yang dikatakan tentang manusia dalam Alkitab?
3. Apa
yang dikatakan tentang sesama dalam Alkitab?
4. Apa
yang dikatakan tentang alam?
5. Apa
yang dianjurkan/yang dilarang?
Minat
warga Gereja untuk mempelajari dan memahami Alkitab secara lebih dalam terlihat dari adanya program
seminar-seminar, dan ada program tentang Penelaahan Alkitab setiap minggunya,
juga persekutuan persekutuan yang semakin banyak. Begitupula di kalangan dunia
pendidikan juga ditekankan mengenai pendidikan Agama Kristen yang didalamnya
ada Penelaahan Alkitab mulai dari jenjang sekolah dasar hingga pada perguruan
tinggi. Oleh karena itu Kehausan akan pembelajaran akan firman dan kebenaran
ini sangat menarik untuk dipelajari pada mata kuliah “ Metode penelaahan
Alkitab di Sekolah dan di Jemaat”, dan dalam paper ini akan dibahas tentang
Hakekat Penelaahan Alkitab
Untuk
penelaahan Alkitab sering kali dapat di
hubungkan dengan pengetahuan untuk mempelajari Alkitab dalam hal ini sering
kali dikaitkan dengan menafsir Alkitab. Menafsir Alkitab adalah kegiatan yang
biasa kita lakukan setiap hari di dalam hidup kita. Pada saat kita mendengar
pernyataan lisan atau membaca pernyataan tertulis dan berusaha untuk
memahaminya, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran (eksegesis).
Istilah
“eksegesis “ sendiri berasal dari kata Yunani “exegeomai “yang dalam bentuk dasarnya
berarti “membawa keluar “ atau “ membaca
atau mengali “ arti tulisan -tulisan itu. Dalam mempelajari Alkitab ini sering
kali dihubungkan dengan penafsiran (eksegese) Alkitab . Istilah “eksegese” berasal dari dari kata bendannya sendiri
berarti “ tafsiran “ atau “ penjelasan “ (john H.Hayes,1990) jadi pada waktu
kita membaca sebuah tulisan atau mendengar suatu pernyataan yang kita coba
pahami dan tafsirkan, kita sebenarnya tengah melakukan penafsiran atau
eksegesis.
Ada banyak orang
berpendapat bahwa Alkitab cukup sederhana, asalkan tidak buta huruf maka bisa
membaca Alkitab namun hanya sedikit yang
mempelajari Alkitab. Ada perbedaan besar antara membaca dan mempelajari.
Membaca begitu orang dapat memahami berita utamanya. Terkadang orang hanya membaca
Alkitab tapi tidak ada kemauan untuk belajar dan menelaah Alkitab. Membaca
adalah perbuatan yang dapat kita lakukan dengan santai saja. Tapi belajar
memberi kesan kerja keras, serius, rajin.
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat
Penelaahan Alkitab di Sekolah dan Jemaat
1. Apa
yang dikatakan tentang Tuhan dalam Alkitab?
Sesungguhnya “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa” (Ul.
6:4). Tidak ada Allah selain Dia (Kel. 20:3; Ul 5:7). Dialah Allah yang
menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap memeliharanya
hingga kesudahan alam (Kej. 1:2; Mzm. 24:1-2; 89:12; 104:1 dst; Kol. 1:16).
Allah menyatakan diri dalam karya penciptaan-Nya dan
dalam sejarah umat manusia (Mzm. 19:2-3; Rm. 1:19-20) dan secara khusus dan
sempurna dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal (Yoh. 1:18). Oleh pimpinan
Roh Kudus kami mengenal dan menyembah Dia sebagai Bapa dalam Yesus Kristus,
sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (Rm.
8:14-15).
Allah berbicara kepada manusia, berulang kali dan dalam
pelbagai cara dengan perantaraan nabi-nabi, dan pada zaman akhir ini dengan
perantaraan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal (Ibr. 1:1-2). Dalam Yesus
Kristus Allah menyatakan diri sebagai Allah yang mengampuni dan menyelamatkan
manusia dari penghukuman karena dosa, yaitu dengan jalan mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi
dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ’Yesus Kristus adalah
Tuhan’ bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Flp. 2:7-11).
Allah hadir dan bekerja di dalam dunia dan dalam gereja
melalui Roh Kudus yang memerdekakan manusia dari hukum dosa dan hukum maut (Rm.
8:2; 2 Kor. 3:17). Roh Kudus itu menghidupkan, membarui, membangun, mempersatukan,
menguatkan, menertibkan, dan meneguhkan serta memberi kuasa pada gereja untuk
menjadi saksi, menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, dan
memimpin orang-orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yeh. 37; Kis. 1:8;
Ef. 3:16-17; 4:3-4; Rm. 8:1; 1 Kor. 12:7, 12; 14:26, 33; 2 Tim. 1:7; Yoh.
16:8-11, 13). Karena itu kami mengaku dan memuliakan serta menyaksikan Allah
yang Maha Esa dan kekal, yaitu Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yes. 43:10;
44:6; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:13; Flp. 4:20; Ibr. 13:8; Why. 4:8). Semuanya itu
Allah lakukan, karena Allah itu kasih.[1]
2. Apa
yang dikatakan tentang manusia dalam Alkitab?
Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya (Kej.
1:26-27). Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan dengan martabat
yang sama (Kej. 1:27), dan dikaruniai tugas mandat untuk beranak cucu dan
memenuhi bumi serta untuk menguasai, mengusahakan, dan memelihara seluruh
ciptaan Allah (Kej. 1:26-28; 2:15). Untuk dapat melaksanakan tugas dan mandat
itu, Allah memperlengkapi manusia dengan akal budi dan hikmat serta memahkotainya
dengan kemuliaan, hormat, dan kuasa (Mzm. 8:6-7). Manusia diciptakan dalam
kesatuan tubuh, jiwa dan roh, sehingga Ia dipanggil untuk memelihara kehidupan
secara utuh jasmani dan rohani dalam rangka pemenuhan tanggung jawabnya kepada
Allah (Kej. 2:7; 1 Kor. 3:16; 6:17-20; 1 Tes. 5:23; Yak. 2:26). Manusia
diciptakan dalam kebebasan, dan dalam kebebasannya itu ia bertanggung jawab
kepada Allah (Kej. 2:16-17). Ia juga diciptakan sebagai makhluk yang hidup dalam
persekutuan dan wajib mengatur kehidupan bersamanya dalam keluarga dan
masyarakat, yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang (Kej. 2:18). Dengan
demikian, manusia mempunyai martabat kemanusiaan, yaitu hak-hak dan
kewajiban-kewajiban asasi yang tidak boleh diambil oleh siapa pun dan oleh
kuasa apa pun.
Manusia telah menyalahgunakan kebebasannya dengan menolak
untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti dengan
Allah (Kej. 3:5-6, 22). Ia terbujuk oleh iblis dan memberontak melawan Allah
(Kej. 3:1-7; 11:1-9), dengan demikian, ia terasing dari Allah, dan serentak dengan
itu, ia terasing dari sesamanya, dan dari alam lingkungan hidupnya serta hidup
bersusah payah dan menderita (Kej. 3:17-19; 24). Ia dikuasai oleh iblis, dan
menjadi hamba dosa (Rm. 6:17-20) dan sebagai upahnya ia menerima maut dan
kebinasaan (Rm. 6:23). Ia tidak dapat melepaskan dirinya dari perbudakan dosa
dan kebinasaan karena perbuatannya sendiri. ”Tidak ada yang benar, seorang pun
tidak” (Rm. 3:10). Sebagai akibatnya, manusia tidak mampu melaksana-kan tugas
dan mandatnya seperti yang dikehendaki Allah; sebaliknya, ia memutarbalikkan segala
sesuatu dan berusaha menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai Allah (Kej.
11:1-9). Segala kecenderungan hati manusia ”membuahkan kejahatan semata-mata”
(Kej. 6:5). Hidup manusia menjadi tidak berpeng-harapan. Manusia adalah debu
dan akan kembali kepada debu (Kej. 3:19b; Pkh. 3:19-21). Kejatuhan manusia ke
dalam dosa ini telah menyeret seluruh ciptaan ke dalam kebinasaan, dan kehidupan
di atas bumi menjadi rusak.
Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan
menurut gambar-Nya. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia, melainkan
keselamatannya (Yoh. 3:16; bnd. Kej. 6:8). Oleh karena itu Allah senantiasa
memelihara manusia dari sejak semula, juga ketika manusia telah jatuh ke dalam
dosa dan memberontak terhadap-Nya (Kej. 3:21; 4:15; 6:8, 13 dst.; Mat.
20:1-16). Kasih Allah yang agung yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan
kebinasaan dan pemulihannya ke dalam hubungan yang benar dengan Allah, menjadi
nyata dengan sempurna dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Rm. 3:22-26; 5:15, 17,
21).
Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan
menurut gambar-Nya. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia, melainkan
keselamatannya (Yoh. 3:16; bnd. Kej. 6:8). Oleh karena itu Allah se¬nantiasa
memelihara manusia dari sejak semula, juga ketika manu¬sia telah jatuh ke dalam
dosa dan memberontak terhadap-Nya (Kej. 3:21; 4:15; 6:8, 13 dst.; Mat.
20:1-16). Kasih Allah yang agung yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan
kebinasaan dan pe¬mulihannya ke dalam hubungan yang benar dengan Allah, menjadi
nyata dengan sempurna dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Rm. 3:22-26; 5:15, 17,
21).[2]
3. Apa
yang dikatakan tentang sesama dalam Alkitab?
Yesus berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri (Mat. 22:39; Mrk. 12:31; Luk. 10:27). Mengasihisesama manusia jauh
lebih utama dari semua korban bakaran dan korban sembelihan (Mrk. 12:33).
4. Apa
yang dikatakan tentang alam?
Alam semesta, langit, dan bumi serta segenap isinya, baik
yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah
(Kej. 1-2; Mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 44:24; Yer. 27:5; Kol. 1:16). Segenap
ciptaan itu sungguh amat baik (Kej. 1-31), namun semua yang telah diciptakan
Allah itu tidak boleh diperilah dan disembah (Kel. 20:3-5; Rm. 1:18-25). Seluruh
ciptaan itu ditempatkan Allah dalam keselarasan yang saling menghidupkan,
sejalan dengan kasih karunia pemeliharaan-Nya atas ciptaan-Nya (Kej. 1:20-30;
2:15; 19; Mzm. 104:10-18; Yes. 45:7-8).
Allah tidak menginginkan ciptaan-Nya kacau dan saling
menghancurkan (Kej. 21-22; 9:8-17), kendatipun dosa telah membawa segenap
makhluk kepada kesia-siaan dan membuatnya turut mengerang dan mengeluh
menantikan saat penyelamatan (Rm. 8:20-22). Allah telah memberikan mandat
khusus kepada manusia untuk turut dalam memelihara dan penguasaan seluruh
ciptaan-Nya (Kej. 1:26-28; 2:15). Manusia harus bertanggungjawab dalam
memelihara dan mengusaha-kan kelestarian alam ciptaan Allah itu. Perusakan
terhadap ciptaan Allah, terhadap alam dan lingkungan sekitar, pada dasarnya
adalah perlawanan terhadap Allah yang telah menjadikan segala sesuatu dan yang
senantiasa memelihara-nya dalam kasih dan kesetiaan.
Dari permulaan hingga akhir, Tuhan Allah memerintah,
memelihara dan menuntun segenap ciptaan-Nya dengan kasih setia dan adil (Mzm.
145:9; 146:6). Dan dengan terus-menerus menentang segala kuasa yang hendak
merusakkan ciptaan-Nya. Ia menuntun seluruh ciptaan-Nya menuju kesempurnaan di
dalam langit baru dan bumi baru (Yes. 1:10; 51:9-11; 2 Ptr. 3:13; Why. 21:1-5),
yang di dalamnya segala ciptaan yang ada di atas dan yang ada di bawah bumi
bertekuk lutut dan mengaku: ”Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa”
(Flp. 2:10).[3]
5. Apa
yang dianjurkan/yang dilarang?
Yesus berkata: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan
itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat
dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-40). Ini adalah pokok pengajaran Yesus
Kristus mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia.
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum
Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4). Jadi, hal yang
dilarang di dalam Alkitab adalah berbuat dosa.
B. Penelaahan
Alkitab di Jemaat
Penelaahan
Alkitab membutuhkan penelitian yang baik bagi jemaat terhadap Alkitab sehingga
dan pendekatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Ketika melakukan kegiatan
telaah, maka pelaksanaannya harus menggunakan pengetahuan yang rasional, serta
pendekatan yang bersifat ilmiah sehingga upaya pengkajian itu benar-benar
memiliki nilai keabsahan. Sejatinya, pelaksanaan PA mesti menggunakan
referensi-referensi yang handal sebagai sumber informasi yang akurat untuk
mengetahui makna yang sesungguhnya dari teks yang dikaji atau ditelaah
tersebut.
C. Penelaahan
Alkitab di Sekolah
Sekolah
adalah tempat didikan bagi anak-anak. Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang untuk pengajaran kepada siswa atau murid dibawah pengawasan guru.
Penelaahan Alkitab di sekolah adalah supaya pelajar bisa mempelajari suatu
penyelidikan sistimatis, cermat, dan teratur dari Firman Allah, dengan pikiran
yang waspada dan hati terbuka yang berdoa . PA di Sekolah bermanfaat memerlukan
upaya bagi pelajar, Tetapi masih dalam jangkauan guru dengan kecerdasan
rata-rata. Untuk memahami seluruh isi Alkitab tidak ada “jalan tol” atau “sim salabim”.
Yang ada adalah kombinasi antara bergantung dan berusaha. Bergantung pada Roh
Kudus merupakan sikap yang harus ada pada setiap orang yang rindu memahami
Alkitab. Sebab Dialah Pengajar Firman yang Sejati. Bagaimanapun besarnya upaya
yang kita lakukan jika tanpa pertolongan, yaitu penerangan Roh Kudus hasilnya
akan sia-sia. Berusaha sungguh-sungguh untuk rajin dan tekun membaca dan
menelaah Alkitab merupakan tindakan yang harus dilakukan. Untuk memahami
Alkitab seseorang harus memiliki kerinduan dan pelatihan yang sungguh-sungguh
secara disiplin. Dalam mempelajari Alkitab guru harus mampu membuat sebuah
strategi agar supaya pelajar bisa memahami Alkitab dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
ALKITAB Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab
Indonesia.
R.C Sproul. 2010. Mengenal Alkitab. Malang :
SAAT
Sitompul dan Beyer. 2010. Metode Menafsir
Alkitab. Jakarta: BPK
Keputusan Sidang Raya XII PGI Jayapura, 21-30
Oktober 1994. 2002. Lima Dokumen Keesaan Gereja. Jakarta: BPK.
KBBI.
Android Version
No comments:
Post a Comment